Kamis, 12 November 2009

Aku menangis di balik rindu mu

Oleh: Ameng / Asep rosidi



Waktu itu aku berjalan di sebuah persimpangan hati tanpa seorang kekasih, mencari sebuah butiran cinta seorang wanita pendamping langkah hari-hari ku. Tak kunjung datang rasa kesal mengeluh hati ini namun keyakinan ku membawa semangat dalam pencariaan cinta ku, perlahan pencariaan cinta ku mulai menemukan titik terang kala senyum seorang gadis membawa ku dalam sebuah perkenalan di antara kita. Gadis itu bernama Saira, gadis yang membuat jantung aku bergetak lebih kencang. Seorang gadis sederhana tanpa kemewahaan dunia menghiasi tubuhnya, ”mungkin kah ini cinta yang aku cari ?’’ ujar kata ku dalam hati. Bergulirnya waktu membawa aku mengenalnya lebih dekat sedekat getaran perasaan ku pada dirinya, kerap perjumpaan di antara kita membawa canda,tawa, dan kasih sayang turut serta menyelimuti. Tak ingin cinta ku di rebut orang dalam selah waktu yang tepat aku memberanikan diri mengutarakan sebaris kata cinta kepada nya walau perasaan serta sedikit kucuran keringat membasahi dahi kuketika mengutarakan nya. Namun tak sia-sia segala pengorbanan ku ketika Saira menjawab perasaan yang sama dengan apa yang aku rasakan. Momen itu tak bisa ku lewatkan begitu saja, aku mengajak Saira menikmati pemandangan malam di kala bulan terang serta gemerlap bintang di sekelilingnya di sebuah pantai. Mungkin rasa bahagia di antara kita melupakan bergulirnya waktu begitu cepat tak terasa mentari pagi beranjak dari peraduaannya membias sinar terang menyambut pagi ini, aku dan Saira pulang membawa segumpal rasa bahagia di hati masing-masing. Tak ubah nya orang di mabuk cinta, sehari tak bertemu hati terasa piluh dan hari-hari di antara kita kerap selalu bersama. Suatu hari kebimbangan ku mulai muncul ketika Saira mulai menjaga jarak di antara kita, mula nya aku memaklumikeputusan Saira dengan alasan sebuah kesibukan walau Saira masih menyempatkan dua kali pertemuaan dalam seminggu di antara kita, namun perlahan hari demi hari perjumpaan aku dan Saira tak kunjung datang, hal ini membuat aku mencari keberadaan nya.

***


Di sebuah persimpangan lain ketika Saira yang sibuk melawan sebuah penyakit yang di derita nya memaksa Saira pergi ke sebuah kota dengan ibu tercintanya. Aku yang sibuk mencari keberadaan Saira dan beberapa kali hanya menemukan rumah Saira kosong tanpa penghuni, suatu ketika aku mencoba kembali ke rumah Saira saat aku memencet bel rumah Saira tiba-tiba seorang ibu menghampiri ku dan barkata…”Ade.kekasih neng Saira ?...
Ya…betul aku kekasihnya ada gerangan apa ibu mempertanyakan itu?
(seorang ibu itu menyodorkan sepucuk kertas sambil berkata kembali)
“ ini alamat neng Saira yang baru, di titipkan ke ibu buat Ade sebelum
dia dan ibunya meningggalkan rumah ini?......


Aku pun mengambil sepucuk kertas alamat itu dan mengucap terimah kasih. Saat aku mendapatkan alamat Saira saat itu hanya terbesir di benak pikiran ku secepat nya menemukan keberadaan nya dan melepas rindu hadir Saira di depan ku. Sepanjang perjalanan hanya terlintas wajah wajah Saira yang ku rindukan, setelah sampai nya di sebuah rumah tepat alamat yang di berikan. Aku bergegas mengetuk pintu dan mengucapkan salam, alangkah bahagia alamat yang ku cari ternyata benar ketika yang membuka pintu ibu dari Saira dan tak lupa jabat sungkem ku pada ibu Saira. Setelah aku duduk tak sabar aku mempertanyakan kepada ibu keberadaan Saira , tapi aku bingung ketika raut sedih terlintas di wajah ibu Saira.
“Emang ada apa dengan Saira bu?....
(mungkin rasa sedih mendalam yang membuat ibu tak sanggup bercerita dan dia mengambil sepucuk surat kemudian memberikan kepada ku, dan aku perlahan membuka dan membaca isi surat itu.
“Untuk kekasih ku maafkan aku yang pergi begitu saja dari mu, aku tau kau amat selalu mencintaiku tapi maafkan aku sekali lagi tidak memberitahukan keberadaan penyakit yang di derita ku, aku tak mau kau ikut sedih atas penderitaan ku ,…karena rasa cinta ku kepada mu yang tak ingin menyusahkan mu,..Maafkan aku untuk terakhir kali jika surat ini selesai kau baca kau baru mengetahui bahwa aku telah pergi jauh meninggalkan mu untuk selama-lamanya dan aku damai di alam sana..dari kekasih mu Saira yang selalu mencintai mu hingga akhir hidup ini.”
Ibu Saira pun menenagkan aku agar tabah dan kemudian menghantarkan ku untuk melihat makam Saira, di situlah rasa sedih dan rasa bersalah ku terucap yang tak sempat menemani Saira di sisa waktu hidup nya. Ibu Saira pun mengajak aku kembali ke rumah karena terlalu lama bersedih di depan makam Saira. Semenjak kejadiaan itu hari-hari ku hanya bisa menangis sedih di balik rindu Saira yang pernah mengisi kehidupan ku dan aku pun kini merasa hidup ku terbunuh sepi serta kesendirian yang selalu menjerat dan membelenggu.

***

Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar