Senin, 03 Agustus 2009

Kedai kopi dan Cinta

Malam begitu indah berparas bulan separuh di kedai kopi ku melamun seorang diri berteman dingin angin yang kian menembus perlahan kulit ku yang tipis, tak terasa semakin jauh ku terdiam lamunanku kian menembus imajinasi hayal yang tinggi, aku (Indri) seorang gadis penjaga kedai kopi yang kian lama belum di hampiri oleh sosok cinta yang sejati. Dengan kesendirian ini aku meresa sepi tak berarti walaupun canda tawa kerap menghampiri hari-hari ku. Dalam lamunanku berharap sosok pria idaman datang dan menghampiriku merajut kata-kata indah bersulam bumbu-bumbu cinta yang berlanjut kasih sayang. Terbuai akan lamunan hayalku sejenak aku terkejut sosok teman wanita (Lastri) dan kekasihnya menghampiri menyapa....”hai kenapa dirimu melamun seperti ayam kehilangan induknya”.. dan aku pun menjawab dengan mimik wajah menyimpan malu...” tidak begitu teman...hanya sekedar melamun tanpa tujuan”...pasang itu menjawab berbarengan..”kok bisa yach melamun tanpa tujuan begitu”..
Itulah aku....(tersenyum tersipuh malu)...
Aku tau apa yang kau pikirkan sekarang jawab teman Lastri...
Cinta yang membuat kamu mungkin melamun seperti ini teman...
“apakah selamanya cinta mebuat manusia seperti ini”...
Memang cinta kadang kala membuat manusia bingung seperti ini... Merasa ceweknya sedang berbincang-bincang cinta, maka dery pun meninggalkan kekasihnya untuk tetap di situ dan dia pamit untuk pulang.
Aku pun merasa senang karena kesendirian ku dalam lamunan cinta bisa terobati karena ada teman berbincang untuk curhat hatinya...
“Mengapa kau begitu romantis nya dengan pasangan mu tadi”....
Karena aku dan dia saling percaya tanpa curiga jawab Lastri dengan
mudahnya....
“oh begitu teman....memang rasa percaya membuat cinta kita abadi....
tapi kenapa kamu (Indri) melamun tentang cinta...”apakah ada yang
salah dalam cintamu”.....
Aku pun mulai bercerita tentang apa yang ku alami dalam kesendirian ku yang membuat aku masih sendiri tanpa cinta seorang kekasih mendampingi hari-hari ku. Karena hari semakin larut teman ku pun beranjak pamit. Ketika esok harinya aku pun mulai terbayang apa yang di katakan Lastri tentang cinta, bahwasanya cinta sebagian motifasi dalam menjalani hidup yang semakin tercekam teknologi dan ekonomi.
Hari pun semakin beranjak malam kembali, kedai mulai ramai akan para pengunjung menyalurkan hasratnya untuk memesan keinginan perut.
Entah aku sadar atau tidak dalam urusan cinta karena apa yang ku harapkan memperoleh cinta ternyata ada di depan mata ku, bagaiman tidak para pengunjung saja kebanyakan seorang lelaki tapi aku ragu dalam pendekatanya untuk memperoleh cinta.


Semakin aku menjauh akan cinta semakin aku di hantui rasa itu, di pelupuk mata terbesir harap cinta itu ada. Perlahan aku mulai bangkit untuk mendapatkan cinta yang lebih dekat sedekat kedai kopi ku. Karena aku berpinjak di kedai yang selalu menemani ku maka aku pun berharap di sinilah cinta ku temukan. Entah harapan ku yang baik atau kah keberuntungan cinta ku perlahan lembut cinta mulai terurai di kedai kopi ku dengan sosok figur lelaki yang ku idamamkan.
Dia (Andri) adalah kunang-kunang berhias cahaya malam yang merangkai sinar terang dalam hatiku, karena dia bagai cahaya yang belum pernah aku temukan disudut mana pun berada dan di kedai inilah ku menemukannya.
Percakapan ku pun membuahkan respon merajuk hati kita berdua, apakah ini yang di namakan cinta ku bersemi di kedai kopi, ataukah pertemuan kita yang kerap di kedai kopi hingga hati kita mulai membuka hati masing-masing. Ketika sinar rembulan menerangi sebagian kedai ku, lelaki itu mengajak aku berbagi cerita cinta yang begitu serius.
Andri berkata...”wahai gadis manis di balik kedai kopi”....
Aku pun menjawab dengan senyum gembira...”ada apa gerangan
engkau, lelaki yang bersinar di hatiku”....
Apakah engkau benar-benar merasakan rasa yang sama seperti ku..?
Rasa apakah itu lelaki hatiku.....(dengan hati yang berbunga-bunga)
Rasa yang membuat aku lupa segalanya tentang problema hidup...
Rasa yang menghantui pandanganku....
Rasa cinta ingin memiliki mu........
(dengan rasa senang yang sangat dalam aku pun memeluk dia dengan
erat)....apakah benar yang kau ucapkan....kalau itu benar memang aku
meraskan yang sama sepeti yang kau rasakan.....
Akhirnya mereka pun saling merasakan rasa yang indah dalam hati, itulah cinta ketika kita berencana apa pun bisa terlaksana andai panah asmara itu tepet akan sasaran yang kita tuju, dan cinta pun tak mengenal tempat ataupun keadaan kita berada,..jangan letih untuk mencari cinta walau cinta kadangkala datang dengan sendirinya tanpa kita duga...........


****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar