Minggu, 21 Juni 2009
Supaya Blog Dikenal Ini Cara Daftar Blog Ke Google Search Engine
Setelah proses perenungan yang matang, akhirnya diputuskan untuk mendaftarkan terlebih dahulu blog ke Google Addurl. Saya kira proses pendaftaran akan begitu rumit. Eh, ternyata sangat mudah sekali.
Pertama, saya membuat link dalam bentuk blogroll ke Google Addurl terlebih dahulu di sidebar.
Kedua, link di blogroll adalah link dua jendela—bukan satu jendela ( ini untuk memudahkan proses pendaftaran supaya lebih cepat.
Ketiga, saya klik link blogroll dua jendela tersebut yang menuju ke http://www.google.com/addurl/
Keempat, sampai disana ada tampilan seperti ini :
Kelima,
Di kotak isian URL, isi dengan url blog kita. Contoh: http://ummiega.blogspot.com
Di kotak isian Comments, isi dengan deskripsi blog kita. Contoh blog saya: Muslimah, Islam, Qur’an, Hadits, Bahasa Arab, Komputer, Internet, Blog, Blogger, Google.
Di kotak optional, isi dengan kode huruf besar tersebut.
Keenam, klik Add URL
Ketujuh, akan ada tampilan seperti ini:
Kedelapan, selesai sudah step pendaftaran URL Blog kita. Mudah sekali, khan.
Tinggal, blog kita daftarkan juga ke Google webmaster tools.
Daftar URL Blog ke Google Webmaster Tools
Setelah selesai kita mendaftarkan blog ke Google addurl, klik saja tulisan Google webmaster tools yang berwarna biru, maka bagi yang sudah mempunyai account di Google akan ada tampilan seperti ini:
Di kotak Google Account sudah tampil email kita, tinggal isi passwordnya saja. Lalu akan ada tampilan:
Image di atas adalah contoh blog saya waktu belum diverifikasi. Klik “Choose verification method..”, maka akan tampil:
Klik yang “Add a meta tag”. Akan ada tampilan kode di bawahnya. Contohnya waktu saya seperti ini:
Copy “kode yang muncul". ( Bagi yang memakai blogroll dua jendela, disinilah fungsinya, karena di monitor computer ada dua tampilan, yaitu tampilan blog kita dan tampilan Google tadi).
Lalu menuju ke blog kita, tuju “Tata Letak”, lalu “Edit HTML”, lalu “Edit Tempate”.
Paste kode tadi, posisinya setelah “head’ seperti ini—yang warna merah:
Setelah dipaste, jangan lupa klik “Simpan Perubahan” di bawah kotak Edit Template tersebut. Lalu kembali lagi ke Google webmaster tools tadi. Nah, disini terasa lagi fungsi dari blogroll dua jendela yang sudah kita buat pada awal step.
Kita akan berada pada posisi seperti ini:
Yaitu kembali ke posisi semula. Klik “Verify”. Bila tidak ada kesalahan langkah, maka akan ada tampilan seperti ini:
Berarti, kita sukses. Tapi, bila ada step yang salah, tidak seperti ini tampilannya. Karena saya termasuk orang yang salah yang mesti bolak-balik. Makanya, semoga rekan-rekan yang Newbie seperti saya, jangan sampai mengalami kegagalan berkali-kali seperti waktu saya daftar.
Sumber tulisan: http://linkbee.com/W25F
Sabtu, 20 Juni 2009
.syair pengusir hama ladang kecipir..
aku mengintip pecahan belingmu yang paling sepi
yang berganggang puluhan tahun di tiap kerlipnya
yang sebentar lagi mengeratku, sebelum akhirnya menyalibku
O indah tancapannya
sampai senja memulangkan kembali malam
sebagai anak kecil nakal dalam dirimu
yang suka melepas panah-panahnya kepadaku
mendesing kau pergi, tapi bayangan duduk manismu masih disini
dalam kopi pahit ini
tapi kenapa warnanya hitam?
cinta tidak harus serupa warna bukan?
birukah kesetiaan? Hijaukah cemburumu?
- pernah kau rakit sebuah pagi di hatiku
mataharinya menyerut segala sengau serangga di danau
padahal rupa pastel dastermu ganjil dalam batasnya
dan ornamen kembang yang tumbuh dari pohon yang aku tanam
siraman merahnya, merah kah itu?
Toh akarnya menjalar
meski pernah tersesat di beberapa malam minggu
tapi siapa berani membantah kalau dia menyusup hidup?
"...kita seharusnya bertemu...", katamu
alismu yang biasa membuatku ingin melukis kembali
kini bernyanyian untuk mendorong langkahku
dalam alunan gending yang melembing pada dinding sepanjang tebing
jalanku berpasir syair-syair pengusir hama ladang kecipir
mungkin inilah penawar jika ditikungan berpapasan dengan orang-orangan
yang menepuk dadanya sambil berjalan mundur
mencecerkan sisa kunyahan, yang pecahannya
kelak begitu rajin menanam jurang-jurang di lembah adik-adik kita
kaktus api yang merangkai atas nama masa depan, atas nama masa depan...
tapi ya sudahlah, waktuku kan hanya untuk menebak
: dimana kamu?
berambu saja pada angin yang sibuk memetik kerisik
dari harap-harap riapku
atas wajah yang hilang timbul di seratus tikungan
dan di duapuluhlima sutet yang merentetkan siluetmu
sekerlip-kerlipnya, tetap bukan letusan kertas prada
yang hadir di udara, sebagai tanda robohnya penantian abadi ini, bukan?
senja turun di jalan menurun
kawat-kawat listrik menjulur, seekor burung kuendap
pindah hinggap
mulai dari garis teka-teki upacara petabuta ini
sampai dia nyelinap ke dalam secangkir kopi pahitku
menngecap bolamatamu...
:sruuup!
Catatan Tak Berimbang
Menahlukan pikiran hati sepuluh kali lipat tempat paling sepi
Ajarkan aku untuk bisa terbang meninggalkan semua bimbang
Sebab hening tempatnya adalah dipalung terdalam sudut hati
Tetap saja aku belum bisa menjadikan cinta dalam gengam tangan
Menjadikanmu sebagai ladang kecil tempat bermain saat hujan
Atau hanya sekedar tempat berteduh ketika mentari sangat panas
Seperti cinta yang selalu ingin kulukiskan untuk sesuatu lagu manis
Bayangmu semakin sulit aku terjemahkan untuk bisa tergenggam
Tak berimbang tubuhku tersapu angin dan bimbang debu-debu jalanan
Aku semakin tak bisa menghindari dalam rasa rindu paling legam
Disini jiwa semakin terusik merana berbalut sepi juga kesepian
Catatan Sehabis Semua Terpahami
Cinta dipertaruhkan dan terlanjur terpilih menjadi pertanyaan
Meski banyak musim dan kenyataan pudar, bukan milik kita
Menjauh. Seperti janji tanggal setelah sinarnya terlupakan
Manakah yang lebih mulia mencintai dalam duka bersenyawa
Siksa atau melupakan setengah nyawa dari bagian hati ini
Tak sepenuhnya bisa dipilih agar bebas sampai meninggalkan pinta
Langkah terberat namun kadang bagian terpenting adalah sangsi nurani
Bukalah jiwa lalu bebaskan semua bernyanyi tanpa memaksa
Jadikan mimpi paling berwarna untuk senyum bukan rekayasa
Lalu berjanjilah untuk setia mencintai penuh kasih penuh puji
Semua nanti akan kita petik, penuh rasa nyaman surgawi
Catatan Sirine (Meski) Bukan Milikku
Disini jiwaku selaksa sirine memburu benak duka
Ruang hampa. Memuncak getar kekusyukan mata hati
Mungkin benar waktu kian mengusik bimbang sepi jiwa
Kesetian kian berpendaran dari balik bayang-bayang
Rembulan purnama tiga perempat setegak riak hening
Ombak memecah tenang curam terjal tajam karang-karang
Di hadapan perih rinduku kian kesepian mengambang
Bukalah sepasang bola mata batinmu untukku yeni
Jangan biarkan ia terlelap melepaskan sajak-sajak pergi
Tanpa makna. Jika malam berselimut kabut sunyi nanti
Bacalah banyak kerinduan ini, juga setiap habis mandi
Catatan Seperempat Malam
Suaranya begitu abadi menggema menembus pekat malam
Inikah pengembaraan di sudut ratap belenggu jiwa-jiwa
Rindu, sebab jalan pikiran semakin terperangkap dendam
Manakah nama paling maha agung untuk bisa kudekap engkau
Sambil kusedekapkan kecamuk luka pada deraan angin
Disini arah semakin sulit dibaca untuk diterjemahkan laju
Detak nadi padahal beribu ingin menyulam gerak dingin
Di menara tertinggi kesadaran puncak keimanan hidup
Selalu ingin kugapai banyak kebenaran hak firmanmu
Cinta sudah sepatutnya kuserahkan sepenuh maju derap
Tasbih mengayun bersama keluasan fikiranku merindu
Catatan Cahaya
Sebentar lagi busur panah telak menancap
Sekerjap daun-daun mengering lalu jatuh gugur
Satu lagi hitam janji kembali hilang terkubur
Ternyata terlalu singkat malam merangkai
Mimpi-mimpi. Rindu sesaat jadi kenyataan abadi
Andai saja perasaan hanya perasaan semata
Tak mungkin kabut cinta mendera derita
Rasa paling mengharukan adalah ketika
Engkau pergi. Di sisi cahaya aku mengeja
Kata perkata makna permakna lalu perih terukir
Jasadmu semakin takterpetakan juga sumir
Catatan Tanpa Keabadian
Tanpa lelah menganyam pekat laju jejak lepas waktu
Disibak jauh pengharapan mimpi demi keseimbangan jalan
Hidup. Mengalun melawan usia bersama kosong lagu
Sesaat ia terbang lalu kembali hinggap di pucuk ranting
Dahan-dahan kuning daun-daun bergemerincing tersapa
Angin. Mengitari puncak sepi simfoni lengang hening
Kata kian menjadi terbata menyapa peristiwa juga cinta
Perlahan, waktu sebentar lagi akan segera usai memberi
Warna rintik hujan. Semuanya akan menancap mengukir hati
Semi baru akan mengurai keseragaman warna musim
Tegar menjulang tinggi ke puncak doa senandung kalam
Catatan Pagi
Setelah malam bersanding temaram bulan melepaskan
Purnama. Teduh hijau basah rumputan berkali rebah
Menembus dingin para tuna wisma berselimut lelah
Pada kokok ayam dan kicau burung-burung pagi
Engkau masih disini, dini meneteskan air mata luka
Meski berjuta harapan terkecap pahit mahoni
Perasaan cinta padanya tetap semakin kuat terjaga
Lidah mengunyah api tangan menggengam perih
Adakah kemungkinan paling mungkin dari tanda
Tanya panjang pergantian musim bergemuruh
Rapuh, tak terlepaskan di seluruh rongga dada
Permenungan Sunyi
Semua kenangan menyala berhamburan menusuk pusat syaraf
Maafkanlah karena hidupku ini tidak sempurna mendua selalu
Padahal seribu najis dan nafsu sudah kujaga dari khilaf
Di banyak hening jam dinding berdenting melukis kabur waktu
Maka aku seperti jarum jam terus berputar gemetar beredar
Untuk meraih getir-getir harapan ia terbang membawa masa lalu
Masihkah engkau menjadi tempat aku bersandar menemani tidur
Permenungan sunyi, pertapaan api sempatkanlah mengolah diri
Bahwa khusyuk doa seketika meredam kecewa mata hati
Terkubur lenyap sekilas makna mudah tercerna penuh jiwa-jiwa
Pertama engkau akan sangsi tergagap setelahnya cinta terbaca
Catatan Perjalanan Gratis
Di dada banyak kemiskinan seperti dulu, terus beranak pinak
Membangun istana dengan sejuta takhlukan menunggu badai reda
Detak waktu terlalu mudah meleleh melempar pergantian detik-detik
Ikutlah denganku melakukan perjalanan gratis hingga kau bosan
Sebab dengan ini engkau akan teduh memahami laju gerak cahaya
Hidup kita akan dipandu untuk menghafal wajah yang melumpuhkan
Hati. Maafkan tersenyumlah sebab itu adalah bahasa paling jujur adanya
Tinggaalkan saja impian juga berjuta harap tanpa harus kita simpan
Dari balik mata batin, biarkan semua menemukan isi riak dunia
Hujan akan turun membawa pelangi bersama semangat kepakkan
Sayap kupu-kupu. Ini akan terus terjadi terhampar menyimpan rasa
Catatan Senandung Kesepian
Angin bersenggama di dasar hatiku, saat engkau tak ada: memudar--
Jiwa ini tetap mencoba memahami kesepian dari banyak kebimbangan
Tapi tetap saja tak pernah bisa. Waktu kian tak lekang masih bersinar
Meretas cinta kucoba untuk terus cumbui semangat kupertahankan
Jerit kekosongan , lolong serigala kian kental: terseduh sempurna--
Tak bisa dihindari bahwa engkau adalah separuh hati, separuh jiwa
Tambatan saat lelah meleleh membaluri harapan-harapan penuh mantra
Setiap kali pintu-pintu kesadaranku tepat kau bidikkan panahkan asmara
kuharap engkau benar ada, berwujud menjadi milikku: bukan lagi mimpi--
Berlarilah cepat untuk bisa masuk dalam perih mimpi sepanjang musim
Sebab aku ingin kembali memelukmu setelah engkau hinggapi semi-semi
Khayalku. Aku percaya, engkau adalah puncak kata-kata di langit hitam
Catatan Senyum
Gigi-gigi putih bersih mengantar doa-doa
Aku sedekap sebab malam terlalu abadi
Bisikmu: Di simpang jalan itu engkau ada
Bolehkah aku pinjam dua bola matamu--
Untuk bermain petak umpat di balik cahaya
Agar wangi dupa terhantarkan selalu menuju
Hatiku.Dalam hening kau hadir sempurna
Kelak ada banyak kehidupan di dadamu
Beranak pinak menjelma sebuah simfoni
Tak ada duka lara, angin bersenda gurau
Mengantarkan senyummu di urat nadi
Catatan Mata hati
Idris sardi merindu mendayu-dayu bersama biola
Jamie cullume menarikan tangannya kian kemari
Di atas tuts piano. Aku masih mencari sepi di puisi
Tidak ada yang hina ketika engkau terus termenung
Mengolah kata menjadi mantra mengolah kalimat
Menjadi senjata. Merenunglah diantara mendung
Tak terbendung. Sebentar hujan pulang meski lambat
Jika engkau sangsi tancapkan belati di gelap sepi
Lalu bernyanyilah seperti titiek puspa atau gesang
Cepat ucapkan i love you untuk tidak bunuh diri
Percaya satu cinta , tak lama hujan pasti diganti terang
Catatan Angin
Rasa kangen sekejap pun tak mau pergi, kian kupendam
Gugur waktu bergulir mati, hampa udara menjadi lagu
Engkau terlanjur kupinang sebagai malam untuk kugenggam
Terlambatkah mencoba untuk membahasakan arti cinta
Sementara isyarat angin semakin liar berhembus bebas
Setiap desirnya adalah tanda tanya, mungkin serupa
Dupa dalam tungku jiwa berjuta cerita penuh tangis
Cinta tidak pernah salah alamat walau cuma sekejap
Karenanya angin berhasil menjadi bapak bagi banyak
Bunga. Wajahmu semakin berkilau dalam sunyi senyap
Kita selalu tak dapat berdusta sampai tidur nyenyak
Catatan Harap Untukmu
Di tidak sedikit peristiwa aku kerap berdusta
Menggoda angin-angin merah laju menderu
Bertanya apa dosa selalu lahir pada manusia
Biru melangit mendung hatiku kian syahdu
Berkali wujudmu samar tanpa peta aku terbata
Dekaplah dengan rebah jiwa menikam sembilu
Genapkan selalu kecemasan ini tanpa air mata
Takut telah terkawinsilangkan menjadi ratap
Berderap rapi mengantri ingin. Tak terpahami
Kenapa sepi selalu resah. Aku kian terbekap
lagi-lagi di tikungan kesekian engkau kuingini
Catatan Mantra
Bahkan untuk semua samudera kenangan
Entah sampai kapan, bukan sekedar improvisasi
Telah tertinggalkan semua ketidakbenaran angan
Di muka cermin engkau tersenyum dengan kobaran
Gincu merah. Dalam semerbak bius wangi obsession
Aku mulai mabuk pada kelelahan mantra tak tertahan
Apakah wanita itu engkau, halus penuh cahaya neon
Sepasang sayap malaikat rendah, memberikan cinta
Barangkali engkau mengiranya kekurang ajaran mimpi
Sebuah kesadaran mengabulkan semua ratap cerita
Terhadap semua yang pernah dinanti hati secara rinci
Catatan Kematian Seorang Kawan
Di dadanya ada seribu cinta bermekaran belum sempat ia berikan pada malam
Bukan karena sedikit waktu, juga bukan pula dingin basa-basi
Tapi sengaja ia simpan agar menjadi nyanyian kekal kental kelam
Senyummu abadi melayang- layang rebah di sebuah kubur tanah merah
Sepi itu sekarang milikmu, sebab kelak juga ia akan menjadi milik siapa saja
Tidak juga aku, tidak juga perempuan dengan gincu menyala merah darah
Itu. maka tenanglah di teduh rindang kamboja. Di hening lipatan jiwa
Cerita telah selesai dimainkan dengan baik tanpa cela dusta pura-pura
Tidurlah dengan nyenyak paling nyenyak. Embun hati di basah hijau rumputan
Nanti terus lahir meneduhkanmu dari panas matahari. Mungkin juga bisa
Gelap paling mutakhir tak luput bersahutan terhampar menjadi hutan
Catatan Kala Itu
Di belantara banyak erang dalam peluru berdesing
Kabut hatimu kueja biar aku terima penuh cinta
Engkau disini memendam lengking nganga luka
Hitam langit bersujud juga desir angin dingin
Deras menyapu ayu wajahmu kembali ingin
Membedah ilalang serta kicau burung-burung
Kita kerap tak bisa bicara cuma saling hening
Percakapan kita semakin tambah menua
Menjadi pudar warna-warni kutelisik engkau doa
Akan tiba kereta kencana membawamu pergi
Di balik rahasia remang malam engkau kembali
Angin Menderu Ingin
Sebelum aku semakin jauh menuju bukit juga gunung
Di atas batu-batu aku tulis cinta juga kelu dan rindu
Betapa tiap hembus nafas adalah doa dalam hening
Pada setiap harap di liku hidup berderap
Apa yang bisa kuberikan untukmu mungkin mawar
Runcing tangkainya tetap ada duri-duri khilap
Semakin jauh rasa penuh cahaya berpendar
Sampai nanti di hening paling khusuk
Saat jiwa semakin renta dan bibir rapuh
Semua akan hadir kerap menusuk
Kalbu. sampai waktu semakin luruh
Jika angin itu engkau masuklah ke dalam ingin itu
Catatan Hymne
Ada hangat dan kasih tertata rapih tergerak angin , terjalin teduh
Sungguh aku membayangkan bahwa itu adalah engkau pemilik mata redup
Dan siap bersinar laksana intan dari lautan teduh
Dari mulutmu kata-kata suci hidup mungkin untuk siapa saja
Ia bisa sangat riang menyulam sepi-sepi menjadi lagu merdu
Lagu ibu kepada anak-anaknya sebelum tidur sambil memeluknya
Erat. itulah engkau ibu, itulah engkau ibu dari gelisah waktu
Gelisah waktu itu adalah aku lelaki dengan sayap terluka
Sementara tongkat itu adalah engkau penuntun sibuta
Menjadi kesadaran dari jalanan tak terpetakan penuh debu
Mengendaplah di jiwa dan bathin yang tidak hanya untukku
Malam Itu Bernama Engkau
Di bibirmu ada waktu yang berlalu
Di rambutmu ada persinggahan doa-doa
Di hatimu ada banyak kasih tertuju
Simphoni jalanan mengalunkan dirimu
Aku tertusuk sepi dalam erangan
Jalanan kini semakin sempit dan semu
Mungkinkah engkau masih bernyayi pelan
Tajam singkap senyum tumbuh menjalar
Dari lagu ke lagu engkau merajai hati
Kian malam angin deras memaksa nanar
Sambil terus kunanti masih engkau disini?
Catatan Tak Terbaca
Nan sepi mungkin telah lama juga ditinggalkan banyak cahaya
Dahaga bersarang tepat pada kerongkongan sampai parau
Suaraku. Merangkai hujan rindu hati, menguntai linu jiwa raga
Harusnya bisa kubaca isyarat sebelum ia lenyap dibawa angin
Ilusi juga kesepian seperti jiwaku menanti resah langkah
Gelap memapah tarian hatiku di atas pasir-pasir putih dingin
khusyuk ombak memecah karang semuanya serentak basah
Untuk membuka bayang dalam misteri menancap tak terbaca
Haruskah bersembunyi dari kebimbangan nurani sedang
Ia bukan menjadi milik sah sebab sepi terlalu dalam berkali ada
Bertahan tanpa peluk semakin kucoba meski penuh erang
Catatan (Ibu) Sebuah Keajaiban
Mekar hidup mengisi sejarah, jiwa sebuah cerita silsilah cinta
Maka tetaplah bersinar dengan pijar-pijar waktu hingga cintamu
Lelah menari memberikan pengabdian janji di ujung cermin usia
Ketakkuasaanku adalah ketika gelora cintamu menembus kalbu
Dengan penuh sabar kau peluk juga kau gendong lagi manjaku
Di pangkuanmu aku adalah bayi kecil dengan gerak lambat lalu
Kau tumpahkan seluruh gemas lewat cium tak terhapuskan rindu
Dua bola mata, dua tangan juga bibir menyebrangkan kisah-kisah cinta
Menghujam detak jantung, denyut nadi, dimanakah penterjemahnya
Tak terhapus cintamu. Sampai semua tersapu gelombang samudera
Kekar kokoh bersama karang-karang. Engkau tetap ibu semesta
Catatan Di Dasar hatiku
Tempat dimana cahaya memamah biak warna menjadi cerita
Maka cintailah aku untuk selama-lamanya karena aku adalah kata
Yang siap membawamu hijrah ke banyak musim di lain benua
Jika kau terbata-bata singgah di hatiku cobalah ikuti arah mata angin
Disana temuilah banyak rasi bintang membentang membelah ingin
Penuh sinar terapung di atas air laut berkilauan tenang dalam kemesraan
Selama ini detak waktu terus melukiskan kesetiaan kau tak terelakkan
Masih panjang perjalanan hidup, pada muara dan pelabuhan tertambat
Kokoh tambang simbol puncak-puncak kemenangan, rindu melekat
Pada cuaca buruk, topan badai menampar-napar hingga ke ulu hati
Disusul panik. Untukmu bacalah nyanyian catatan tua dari sedikit hati ini
Separuh Nyawa
wajahmu kental merajai setiap ingatan bahkan persenyawaan
gerak laju matahari tertahan orasi para demonstran dan pemulung tua
bermain petak umpat pada anaknya ia membagikan manis permen
sepanjang pengembaraan hatiku memaknai erang sepi-sepi
masihkah kekal wujudmu kian mujarab membius sangsi
tanpa linang air mata selalu ingin kupasrahkan seluruh cinta
cepat atau lambat doa-doa menjelma apa saja bukan nestapa
maka cintailah aku selama-lamanya sepenuh arti mantra
di bunga sampai daun-daun juga mimpi dan kenyataan paling nyata
jiwamu adalah separuh nyawa dari sederhana hati
lelaki itu bernama kesunyian cinta semoga engkau mengerti
Half Soul
Your face rule every memories, even the soul
The motion of the sun is hindered by the oration of the demonstrator
and old garbage collector
Playing peek a boo with his daughter while give her the sweet candy
During the journey of my heart
Giving meaning to the silence
Is your figure still eternal, efficacy, exhilarate skepticism
Without tears, I always want to present all of my love
Soon or later the plead will be established, anything but suffer
Love me forever as the meaningful mantra
In the flowers, leafs, dreams and the most real reality
Your life is half soul of a simple heart
The name of the man is the silence of love
I hope you understand
Catatan Lingkaran
Sesak batinku. Melepaskan rejam panah mantra-mantra
Merasakannya selalu semakin ia hidup membagi teduh rumah
Sementara aku cuma air mata dalam kemelut cinta bergelora
Di sepi hitam rambutmu tersibak angin kian kemari
Membius sadarku. Kibarkan helai-helai kehidupan
Merindukannya berarti mencintai hangat pendar matahari
Sedangkan aku Cuma embun dalam rebah rerumputan
Di hening bibirnya bersenandung lagu penuh berjuta pelangi
Damai hadir. Melukiskan wangi mawar bukan mimpi
Mendambakannya sama seperti meresapi syukur denyut nadi
Aku Cuma sepi bagai debu-debu tersapu pilu sendiri
Silent Tower
Celebrate my search for sincere lover, without willing to disgust
Until the door is widely opened
Although tears, is the most real language which creates meaning
On the hundred silent towers I am putting aside
Rejoice the surgery of releasing pain, maybe fantasy.
Tears are dropping from the face of my lover
While in my dream, you are always smiling sweetly.
On the hundreds of silent tower, I am faint
Harvesting vanity along with the falling of the days
I lost compass and map in my empty hands
Are you willing to be there, in the empty of misery?
Nyanyian Doa
Dari ada menyulam api hingga sepi menternak percikan doa
Ku harap engkau tak bosan menemani sejuta hampa dada
Maka sedetik pun jangan pernah tercampak dan tertepiskan juga
Aku hanya cerita dari kisahmu dimana hidup dan kehidupan
Tergenggam erat melewati nyanyian keras kenyataan
Tumbuh saling memamerkan watak serupa bermain playstation
Semua sangat gampang dan mudah untuk dikenang kemudian
Bagaimana mungkin semua bisa aku lukis jika kasihmu tak ada
Sentuh dan peluklah agar sempurna hidup tetap terjaga senantiasa
Aku percaya meski khilap dan dusta tak pernah sirna
Bersemayam kekal hingga akhir menutup dua bola mata
Segenggam Cinta
Membakar hangus hatiku seperti bumi alengka oleh hanoman
Engkau meloncat ke kanan dan kekiri berputar sesuka hati
Sambil menari kian kemari kau sematkan lagi kecemasan-kecemasan
Haruskah cinta ini disandingkan pada ruang penuh bara
Panas memberangus kesadaran karena amarah tetap merah warnanya
Di tulang darah dan sumsumku engkau terus bersenyawa
Beranak pinak dari hening ke hening mantra memberi makna
Semua kupahami sepenuh hati sebab aku tidak sedang membendung mendung
Sebentar lagi rintik hujan kutunggu sampai reda membedah ketenangan hidup
Dari balik gerimis itu aku membasuh lagi panas jiwa juga pusing kepala bergemerincing
Di tempatku ini biarlah hidup mengalir dalam nalar juga senyum dari mata redup
:Seperti kanak-kanak yang bermain di tanah basah
Gerimis Bukan candu atau Adegan Sendu
jatuh begitu saja, tak ada perlawanan kepada angin
menyusur saja di gang demi gang
dekat rumahmu, dan akhirnya parkir berketap-ketap di genteng rumah
sisanya melentik-lentik ke akuarium di beranda rumahmu
hingga ikan-ikanmu terbuai merasa sedang berada dalam sungai yang sesungguhnya....
hingga mereka tak sadar saat aku membuka pintu rumahmu...
dan mengajakmu keluar, untuk meyakini gerimis ini
bahwa tidak seperti di televisi, sebagaimana candu atas adegan sendu...
...seolah kutuk untuk dia sebagai bentuk...
kepedihan atas pinjaman kepedihan milik negri tetangga
jadi rasakan gerimis ini habis-habisan
kejar dan kenali getas bunyinya yang paling kering
yang seperti letusan bunyi senapan sebenarnya
dari sebuah dokumenter eksekusi.....
tanpa memantul ketebing atau meraung ke dinding
Kita cari kiasan paling terdasar dari diri gerimis
kita selami, kita potret dan kita pegang rumput dan ikan-ikan
dari samudranya, tempat kata orang ada ekor naga
di sembunyikan di bawah pasirnya...
sementara kepalanya senantiasa sebagaimana teratai mengapung
mengilhami banyak perupa melukis tentang cinta
nun jauh di berbagai tempat di sana...
Mari kita mengerti lagi gerimis
yang rapat-rapat jaraknya ini?
kita urai-urai kembali dia
"...buang payung itu dan bukalah bajumu !", katamu
ya, seperti waktu kecil kita pulang sekolah
basah-basahan
dan saat kita sampai di rumah, kita terheran-heran
melihat ibu kita menangis sambil memeluk kita...
....padahal sudah tak ada gerimis di jendela...
MAWARISME
Siapa ini dari belakang tiba-tiba memelukku?
tubuhnya gerimis dan matanya yang seperti api dari celah jendela
lalu kuda-kudanya memanahi rumput-rumput di telingaku
saat itu kabut membagikan jaket hujan pada pepohonan
dan matahari dengan lidahnya yang memanjang
merampasi remang-remang di segala tekukan
bayang segala pepohonan jatuh ke dalam kamar
sebagian rantingnya melata menyayati ranjang
kubiarkan saja kamu terus memelukku dari belakang
sementara kudamu yang berpacu di telingaku
mengangkut beronggok kayu bagi kebun api matamu
bahan bakar bagi tatapanmu yang selalu membakarku
agar aku turun ke jalan dan menghanguskan kota dalam waktu sehari
ruko-ruko menggelepar, kulkas dan permen menikah di atas marka jalan
aku tak mau menatap matamu lagi !!
aku takut jadi pemberani lagi !!
bukan karena tak mampu melempar batu ke arah patung dan airmancurnya itu
tapi karena lelah melawan yang kadang tak terduga adalah tetanggaku sendiri
Biarkan aku mencintai gerimismu saja
karena itu pun tetap tak semudah seperti di dalam film biru
sekedar memindahkanmu dari sofa ke atas rak, dengan ikatan tangan
menarik kayu , deritnya yang kering bergeratakan
mencari jalan tembus dari anak tangga ke atap rumah
tak sampai pada genting, musnah sudah
Ah, aku tetap ingin mencintai gerimismu saja
dengan mengerat lengan, menyatukan tetesan darah kita
seperti dalam film-film mafia Itali dan udara sempat tegang karena kekanakanakan kita ini
Kemudian kita berduaan mengenakan sepatu, mencangking ransel
berjalan mengubah arah sunyi
….melewati apa saja! Sampai batas tak mungkin yang bisa kita lalui. Kau percikan
api dari matamu di sepanjang jalan yang kita susuri
menyiramankan cahaya dengan selang kepada mawar
kemudian mawar membakar kelahirannya sendiri
mengubah dirinya, seperti mawar tapi bukan mawar
lalu kau beri nama baru padanya
: mawarisme!
Setelahnya—angin semriwing—waktu mengkeret—mengembalikan
wujud mata perempuanmu yang tomboy
mempersilahkan aku untuk memandang matamu lagi
yang memang bagai bola bekel itu
dan bola itu sekarang menyundul lagi sajak-sajakku, langsung dari depan
menggetarkan gawang!
Tikungan Kesekian
hawa malam bau tanah batavia hadir di atas meja
sesi pertama seorang banci menari demi sesuap nasi
box music menyulapnya menjadi miniatur frank sinatra
rambutnya menjelma api tergerai dalam akrab imajinasi
dari satu notasi ke notasi lain detak jantung berarak
rangkaian jerit dua pengamen cilik melengking
nyaring. larut memasuki hidup tiada sanak saudara
batavia yang tua penuh kenangan terguling
menjadi lembar-lembar menu pelipur lara
bahkan darimana kita saling kenal telah jadi cerita
abadi dalam darah daging dari letih membiru
hulu ke hilir hadir sebentar lagi tergusur pergi
terserak bising bergemerincing menusuk ulu hati
aku kesepian sayangku, aku diburu rindu kalbu
sepiring doa segelas suka cita menyatukan namamu
diam-diam aku cemburu pada malam semakin kelam
engkau kian tak tersentuh walau sepi sekalipun
Jumat, 19 Juni 2009
Surat cintaku untuk Syarah
Monolog 1
Tubuhku gemetar dengan perasaan sama seperti kemarin
Walau ternyata di ujung waktu engkau hilang seperti embun
Hatiku limbung mengunyah getar khusyuk daun-daun
Kurasakan pertemuan kita seperti pelangi dalam dunia fantasi
Dan tangan kita menggenggam boneka tentara penuh luka tembak
Walau seribu penawar juga morphin ada tetap sakitnya tak terperi
Betapa panjang cerita dan sejenisnya sangat sulit kita tebak
Sepiring kesunyian tumpah ruah di meja sepi engkau menamainya hati
Terkubur setelah di tikungan jalan cinta dengan sesuka hati berkhianat
Hanya kosong yang mengerti dan detak jantung semakin leluasa berbunyi
Sesampainya di laut angin tetap tak bertingkah tak juga merubah rasa kalut
Ketika Aku Bertanya Apakah Itu Engkau
Kata-kata berserak di telinga juga pandang mata berair
Selalu sepi hanya ornament dan sebentar lagi ia mati beku
Di saat ini aku ingin, hanya ingin bersama senyum tawar
Apakah itu engkau? Padamu selamanya semua permata
Diantara kita memang cuma sepi dan hening paling hening
Dari mana semua ternyata kita tidak pernah tuntas mengupasnya
Keajaiban berkali hadir menumpahkan hasrat sampai kerling
Matamu kembali lagi menghujam semua isi hati semesta
Luluh menyampaikan pesan-pesan gaib. Apakah itu engkau?
Pada setiap ujung tidur sampai saat ini terasa mengetuk-ngetuk
Kegalauan mudah hadir tapi tak mudah ia pergi bersama hebat
Kecamuk perasaan padahal waktu segera beringsut hilang remuk
Di sisa-sisa puing makna semua beranjak pergi jadi sekelebat
Tajam mata atau gerak indah gaun, aku tersentak. Apakah itu engkau?
Gadis malam
Hanya ingat betapa indah panorama mu di hadapan ku,
Cinta semalam sesaat dengan mu
Membuat ku semakin ingin memilikimu seutuhnya
Namun apa daya keindahanmu
Tak hanya aku yg memilikinya
Di balik materi yg berbicara keindahanmu terengut
..Oh gadis masih adakah cinta ketika kau jajakan cinta
Dan masih adakah kehangatan penuh cinta untuk seseorang dalam Cintamu.............
Perpisahaan
Merangkai kata merontah sesal
Saat pergi mengeliak untuk berpisah
Akankah sahaja
Menyelimuti kerinduan
Takala tabir mulai gelap
Tinggalkan kenang untuk di ingat
Sementara sang waktu
Menuntun perpisahan tiba
Gemulat hati tak bisa menginkari
Rasa yang dalam
Mengiris sedih, memecah rindu
Masih teringat............
Saat detik jutaan kemarin
Takala bersama dalam canda tawa
Tangisan hidup
Tapi apa daya langkah ku
Semakin rapuh untuk brpijak di bumi ini
Tangisan ku serasa pedih
Ketika nasib menghampar pelupuk mata,
Berpikir apa yg mesti ku pikirkan
Tajam nya peradaban membuat otak ku
Semakin lesu
Beginikah takdir ketika nasib menginginkan semuanya musnah
Dan apakah ini akhir cerita selepas dunia
Namun aq tak bisa berbuat banyak untuknya
Yang telah menuntun ku sekian lama..
Ratapan Jiwa
Memecah gelombang di tepi pantai,
Jiwa yang menangis dilanda sedih,
Menatap kosong hamparan laut terbentang
Indah panorama di pelupuk mata
Tak tersirat suatu keindahan
Yang berarti ketika hati di landa luka
Teriak, menjerit…..
Yang ku ingin saat ini hadir
Melepas sedikit kekesalan
Oh mata hati berhentilah
Engkau melihat luka dalam hati ini
Tak sanggup ku menahan perasaan
Ketika air mata mulai berderai di mata indah ini
Kosong
Di indahnya peredaran mata
Sayu senyap tak berkelopak
Menatap tak bertuan
Kosong tak berisi
Hampa terhampar tak berarti
Sulit bergerak
Kesedihan kemana beranjak
Ketika jiwa tak lagi bersemayam dihati
Asa yang kian redup di dera derita
Memaksa untuk bertahan
Segumpal Rasa
Menunggu seseorang kekasih
Yang lama ku tunggu
Akan hadir rasa merindu
Dalam jiwa penuh penantian
Cukup sudah rasa ini harus ku miliki
Walau sesaat dalam langkah akhir hidup ini
Namun ku slalu terima apa pun yang terjadi
Pahit getirnya perasaan itu hadir
Dalam waktu yg tak ku duga
Rasa itu
Terlamun dalam pikiran
Berwujud tak nyata adanya
Rindu,.............
Kangen,.........
Entah apa adanya
Itu akan selalu ada dan hadir
Membuat hati semakin
Tertanam benih panah asmara
Mungkin itukah...cinta.........
Rasa yang mungkin
Membuatku bahagia
Ketika lamunan dan harapanku
Seirama oleh seorang gadis
Dalam hayalan bidadariku
Ungkapan hati
Siang yg merindukan malam,
Jadikanlah aku rembulan dlm gelapnya malam
Yang memberikan sinar kala malam semakin larut,
Adakah hatimu yg penuh kasih
Memberikan tempat pada diriku
Yang lama merindukan belaian kasih,
Jika hatimu masih sekeras batu
Aku akan sabar menunggu
Hingga akhirnya terkikis
Mencair bagaikan air yang dapat menyejukan hati
..I love you.,
Sendirilah Cinta
Menatap arah hampa terasa
Tak ada ikat melekat hati
Biar kan sendiri tanpa pelik terusik
Kesendirian yang ku ingin saat ini
Tanpa engkau mengusik ketenangan hati
Sendirilah cinta..........
Seperti aku saat ini........
Hingga waktu yang tepat kita bersatu
Karena kehadiranmu bukan angan
Tercipta olehku detik ini.......
Aku takut kecewa..
Atas singgahnya dirimu di hatiku
Aku hampa tanpa asa
Biarlah ku sendiri........
Tanpa dirimu menggalaukan hati
Maafkan aku cinta....
Jika kau sendiri tanpa aku.........
Kamis, 18 Juni 2009
Kegundahan
Memecah gelombang di tepi pantai
Jiwa yang menangis di randa sedih
Menatap kosong hamparan laut terbentang
Indah panorama di pelupuk mata
Tak terserat suatukeindahan yang berarti
Ketika hati di landa luka
Teriakan dan jeritan
yang ku ingin saat ini hadir
melepas sedikit kekesalan
oh,...mata hati
berhentilah engkau melihat luka
dalam hati ini, tak sanggup ku menahan perasaan
ketika air mata mulai berderai di mata indah ini
Peradaban Cinta
Bermain langkah bayangi setiap jejak Berfikir tak sempat untuk meraih asa Adakah segumpal resik meluruhkan jiwa Untuk hati dengan cinta menggapai rasa Ketika cinta bersinggah di singgasananya
Akankah cinta menjawab atas segalanya
Takala waktu bermain dengan peradaban
Sudikah cinta untuk menyatu
Menyatukan rasa demi satu keyakinan
Bekemelut takut akankah terwujud
Di saat ku bersujud
Pandangilah hati ketika cinta di kaji
Seberapa pantaskah hati memiliki cinta
Karena cinta singgasana hati
Dan hatilah pantas memiliki cinta
Walau peradaban mengusik cinta