Sabtu, 20 Juni 2009

Permenungan Sunyi

Di tubir renta malam, begitu gelisah aku di hadapanmu
Semua kenangan menyala berhamburan menusuk pusat syaraf
Maafkanlah karena hidupku ini tidak sempurna mendua selalu
Padahal seribu najis dan nafsu sudah kujaga dari khilaf

Di banyak hening jam dinding berdenting melukis kabur waktu
Maka aku seperti jarum jam terus berputar gemetar beredar
Untuk meraih getir-getir harapan ia terbang membawa masa lalu
Masihkah engkau menjadi tempat aku bersandar menemani tidur

Permenungan sunyi, pertapaan api sempatkanlah mengolah diri
Bahwa khusyuk doa seketika meredam kecewa mata hati
Terkubur lenyap sekilas makna mudah tercerna penuh jiwa-jiwa
Pertama engkau akan sangsi tergagap setelahnya cinta terbaca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar