Sabtu, 20 Juni 2009

.syair pengusir hama ladang kecipir..

dari secangkir kopi yang bisa memantulkan bolamatamu
aku mengintip pecahan belingmu yang paling sepi
yang berganggang puluhan tahun di tiap kerlipnya
yang sebentar lagi mengeratku, sebelum akhirnya menyalibku

O indah tancapannya
sampai senja memulangkan kembali malam
sebagai anak kecil nakal dalam dirimu
yang suka melepas panah-panahnya kepadaku

mendesing kau pergi, tapi bayangan duduk manismu masih disini
dalam kopi pahit ini

tapi kenapa warnanya hitam?
cinta tidak harus serupa warna bukan?
birukah kesetiaan? Hijaukah cemburumu?

- pernah kau rakit sebuah pagi di hatiku
mataharinya menyerut segala sengau serangga di danau
padahal rupa pastel dastermu ganjil dalam batasnya
dan ornamen kembang yang tumbuh dari pohon yang aku tanam
siraman merahnya, merah kah itu?
Toh akarnya menjalar
meski pernah tersesat di beberapa malam minggu
tapi siapa berani membantah kalau dia menyusup hidup?

"...kita seharusnya bertemu...", katamu

alismu yang biasa membuatku ingin melukis kembali
kini bernyanyian untuk mendorong langkahku
dalam alunan gending yang melembing pada dinding sepanjang tebing
jalanku berpasir syair-syair pengusir hama ladang kecipir

mungkin inilah penawar jika ditikungan berpapasan dengan orang-orangan
yang menepuk dadanya sambil berjalan mundur
mencecerkan sisa kunyahan, yang pecahannya
kelak begitu rajin menanam jurang-jurang di lembah adik-adik kita
kaktus api yang merangkai atas nama masa depan, atas nama masa depan...

tapi ya sudahlah, waktuku kan hanya untuk menebak
: dimana kamu?

berambu saja pada angin yang sibuk memetik kerisik
dari harap-harap riapku
atas wajah yang hilang timbul di seratus tikungan
dan di duapuluhlima sutet yang merentetkan siluetmu

sekerlip-kerlipnya, tetap bukan letusan kertas prada
yang hadir di udara, sebagai tanda robohnya penantian abadi ini, bukan?

senja turun di jalan menurun
kawat-kawat listrik menjulur, seekor burung kuendap
pindah hinggap
mulai dari garis teka-teki upacara petabuta ini
sampai dia nyelinap ke dalam secangkir kopi pahitku
menngecap bolamatamu...

:sruuup!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar