Sabtu, 20 Juni 2009

Gerimis Bukan candu atau Adegan Sendu

Gerimis ini bagai anakanak panah yang dilepas sang awan...
jatuh begitu saja, tak ada perlawanan kepada angin
menyusur saja di gang demi gang
dekat rumahmu, dan akhirnya parkir berketap-ketap di genteng rumah
sisanya melentik-lentik ke akuarium di beranda rumahmu

hingga ikan-ikanmu terbuai merasa sedang berada dalam sungai yang sesungguhnya....

hingga mereka tak sadar saat aku membuka pintu rumahmu...
dan mengajakmu keluar, untuk meyakini gerimis ini
bahwa tidak seperti di televisi, sebagaimana candu atas adegan sendu...
...seolah kutuk untuk dia sebagai bentuk...
kepedihan atas pinjaman kepedihan milik negri tetangga

jadi rasakan gerimis ini habis-habisan
kejar dan kenali getas bunyinya yang paling kering
yang seperti letusan bunyi senapan sebenarnya
dari sebuah dokumenter eksekusi.....

tanpa memantul ketebing atau meraung ke dinding

Kita cari kiasan paling terdasar dari diri gerimis
kita selami, kita potret dan kita pegang rumput dan ikan-ikan
dari samudranya, tempat kata orang ada ekor naga
di sembunyikan di bawah pasirnya...

sementara kepalanya senantiasa sebagaimana teratai mengapung
mengilhami banyak perupa melukis tentang cinta
nun jauh di berbagai tempat di sana...

Mari kita mengerti lagi gerimis
yang rapat-rapat jaraknya ini?
kita urai-urai kembali dia

"...buang payung itu dan bukalah bajumu !", katamu
ya, seperti waktu kecil kita pulang sekolah
basah-basahan
dan saat kita sampai di rumah, kita terheran-heran
melihat ibu kita menangis sambil memeluk kita...

....padahal sudah tak ada gerimis di jendela...

2 komentar:

  1. aku suka dgn puisi yg seilir dgn cuaca mendung ini.........?

    hjan dipagi ini sangat dgin andai kala da yg menemani aku dipagi ini alagkah senagnya diriku ini ..

    BalasHapus
  2. terima kasih wahai embun pagi sejukan hati walau setes perkataan mu amat mensejukan hati...

    BalasHapus